Pembagian Sejarah Perkembangan Hadist
Ada beberapa periode untuk mengambarkan perjalanan hadist hingga pembukuaanya yaitu:
Periode pertama:
Yaitu saat turunya wahyu dan pembentukan hukum dan dasar-dasarnya dari permulaan kenabian hingga beliau wafat pada tahun 11 Hijriyah.
Periode kedua,
Hadist di masa khulâfa ar-râsyidin yang dikenal dengan masa pembatasan riwayat.
Periode ketiga, masa perkembangan riwayat, yaitu masa sahabat kecil dan tabiin besar.
Periode keempat,
Masa pembukuan hadis (permulaan abad kedua Hijriyah).
Periode kelima
Mmasa pentashhikan dan penyaringan (awal abad ketiga).
Periode keenam
Masa memilah kitab-kitab hadist dan menyusun kitab-kitab jami’ (nama istilah kitan hadist yang masih bercampur antara hadist sahih, hasan, dhaif ataupun maudhu) yang khusus (awal abad keenam sampai tahun 656 h.)
Periode ketujuh,
Masa membuat syarah, kitab-kitab takhrij, pengumpulan hadis-hadis hukum dan membuat kitab-kitab jami’ yang umum.
PERIODE PERTAMA
Hadis pada Masa Rasulullah Saw
Para sahabat sangat memperhatikan apapun bentuknya yang berkenaan dengan Rasulullah baik berupa perkataanya, kehidupannya dan yang paling penting yang berkenaan dengan hukun-hukum Islam.
Di samping sebagai Nabi, Rasulullah juga merupakan panutan dan tokoh masyarakat. Beliaupun sebagai pemimpin, bagian dari masyarakat, panglima perang, kepala rumah tangga, teman, maka, tingkah laku, ucapan dan petunjuknya dianggap ajaran untuk berdialog dengan sahabat di berbagai media, dan para sahabat juga memanfaatkan hal itu untuk lebih mendalami ajaran Islam.
Penerimaan & Penghafalan Hadist Oleh Sahabat
Setelah para sahabat mendengar dari Rasul, merekapun mengisahkan kembali apa yang mereka lihat atau dengar kepada keluarga, teman-teman, tetangga atau siapa saja yang mereka temui. Sebagian sahabat bahkan sengaja datang ke kediaman Nabi meskipun jauh letaknya hanya untuk bertanya. Diriwayatkan ada Kabilah di luar kota Madinah secara rutin mengutus salah seorang anggotanya pergi mendatangi Nabi untuk mempelajari hukum-hukum agama. Dan sepulang mereka kembali ke kampungnya, mereka segera mengajari kawan-kawannya.
Para sahabat yang sudah menerima hadist-hadist dari Nabi, sebagian besar menghafalnya,dan hanya beberapa yang menulis hadis dalam buku. Sebab itu kebanyakan sahabat menerima hadis melalui mendengar dengan hati-hati apa yang disabdakan Nabi. Ketika menghafal terekamlah lafal dan makna itu dalam sanubari mereka. Mereka dapat melihat langsung apa yang Nabi kerjakan. atau mendengar pula dari orang yang mendengarnya sendiri dari nabi, karena tidak semua dari mereka pada setiap waktu dapat mengikuti atau menghadiri majelis Nabi. Kemudian para sahabat menghapal setiap apa yang diperoleh dari sabda-sabdanya dan berupaya mengingat apa yang pernah Nabi lakukan, untuk selanjutnya disampaikan kepada orang lain secara hapalan pula.
Diantara sahabat yang mencatat hadis yang didengarnya dari Nabi Saw antara lain Abu Hurairah yang meriwayatkan hadist (dalam kitab-kitab hadist sekarang) sebanyak 5.374 buah hadis. Kemudian para sahabat yang paling banyak hapalannya sesudah Abu Hurairah ialah:
1. Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan 2.630 buah hadis.
2. Anas bin Malik meriwayatkan 2.276 buah hadis.
3. Aisyah meriwayatkan 2.210 buah hadis.
4. Abdullah ibnu Abbas meriwayatkan 1.660 buah hadis.
5. Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1.540 buah hadis.
6. Abu Said AI-Khudri meriwayatkan 1.170 buah hadis.
Cara Sahabat Menerima Hadist
Ada beberapa cara yang ditempuh para sahabat untuk mendapatkan hadist antara lain:
# Para sahabat selalu mendatangi majelis ilmu yang diselanggarakan Rasulullah Saw. Beliaupun selalu menyediakan waktu untuk mengajar para sahabat. Jika ada seorang sahabat absen, sahabat lain yang hadir akan memberitahukan pengajaran yang di dapat. Bahkan banyak sahabat yang diam-diam memperhatikan kehidupan Nabi meskipun harus bertanya kepada istri-istri beliau
# Rasulullah sendiri yang mengalami persoalan kemudian memberitakan kepada sahabat. Sahabat lain yang mendengar langsung menyampaikan lagi pada keluarganya dan sahabat lainnya. Sehingga sabda Nabi ini cepat tersebar luas. Jika yang hadir sedikit, Rasulullah memerintahkan agar yang tidak hadir diberitahu
# Para sahabat sendiri yang langsung bertanya kepada Nabi tanpa malu-malu ketika ada persoalan yang menimpa mereka. Ataupun jika ada seorang sahabat yang merasa malu untuk bertanya, iapun mengutus sahabat lainnya.
Semangat Para Sahabat Dalam Menerima & Menyampaikan Hadist
Minat yang besar para sahabat Nabi untuk menerima dan menyampaikan hadist disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
# Dinyatakan secara tegas oleh Allah, bahwa Nabi Muhammad adalah panutan utama (uswah hasanah) yang harus diikuti oleh orang-orang beriman dan sebagai utusan Allah yang harus ditaati oleh mereka. Allah berfirman:
“ Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu.” (QS. AL-Ahzab: 21)
# Allah dan Rasul-Nya memberikan penghargaan yang tinggi kepada mereka yang pengetahuan (ilmu Islam khususnya). Seperti yang terdapat dalam Qur’an:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az Zumar : 9)
Para sahabat berusaha memperoleh ilmu yang banyak yang pada zaman Nabi, sumber pengetahuan adalah Nabi sendiri.
# Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk menyampaikan pengajaran kepada mereka yang tidak hadir. Nabi menyatakan bahwa boleh jadi orang yang tidak hadir akan lebih paham daripada mereka yang hadir mendengarkan langsung dari Nabi. Perintah ini telah mendorong para sahabat untuk menyebarkan apa yang mereka peroleh dari Nabi.
Kesimpulan
# Para sahabat sangat antusias mencari dan mendengarkan hadist Nabi Saw. Bahkan mereka tidak segan bertanya atau mencari tahu hadist yang tidak didengarnya dari sahabat lainnya. Meskipun jarak tempuh yang mereka lakukan untuk mendengar hadist begitu jauh.
# Mencari ilmu pengetahuan Islam ketika itu adalah mencari, mendengarkan dan mendiskusikan hadist dari sumbernya langsung yaitu Nasi Saw
# Pembelajaran Islam, ketaatan dalam Islam indentik dengan mencari Ilmu Islam itu sendiri. Ini dibuktikan dengan peragaan sahabat yang terus mencari ilmu, belajar dan berguru.Di tangan sahabat inilah Islam bersinar terang ke semua belahan dunia. Karena di tangan mereka adalah ilmu Islam yang akan terus digapai oleh generasi Islam berikutnya.
# Islam adalah ilmu sebelum bertindak, artinya mereka.."sami'na wa Atho'na..Aku tunduk dan aku patuh. Mereka sangat khsusuk mendengarkan hadist dan ketika mengajarkannya, tanpa memikirkan lebih jauh ketika itu. Namun setelah wafatnya sang Nabi, para sahabat terkenal dengan kepiawaian mereka dalam diskusi, dalam berpidato, dalam fikih, tafsir dan lainnya. Meskipun ketika Nabi masih hidup sebagian besar para sahabat tidak bisa membaca dan menulis....pantaslah jika Allah Swt memuji para sahabat dan ridha kepada mereka
"Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun ridha (merasa puas terhadap limpahan rahmat) Allah." (QS. Al-Mujadilah22)
(Sumber Yusuf Mansyur Network )
0 komentar:
Posting Komentar